Senin, 29 Juni 2020


TUGAS SOFTSKILL PERTEMUAN 4 : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN#

Pasca New Normal Untuk Indonesia

Istilah new normal sendiri adalah langkah percepatan penanganan COVID-19 dalam bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi. Skenario new normal dijalankan dengan mempertimbangkan kesiapan daerah dan hasil riset epidemiologis di wilayah terkait. Tiga bulan masa lockdown dan psbb telah meruntuhkan berbagai bisnis dan jutaan orang terdampak akibat kehilangan pekerjaan. Sayangnya, pembukaan kembali ekonomi / new normal terjadi justru di saat wabah semakin memburuk. Di Indonesia dalam dua hari terakhir, jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 memecahkan rekor dalam dua hari berturut-turut dengan angka di atas 1.000 orang per hari. Semakin hari jumlah kasus semakin bertambah. Padahal New normal sendiri bukan berarti kehidupan yang murni normal tanpa memikirkan virus lagi. Dengan new normal kita semua harus lebih berwaspada karena kita benar – benar hidup berdampingan dengan virus ini.

            Pasca new normal hampir semua sector telah dibuka, mall dibuka, kantor dibuka, cfd dibuka. Karena rakyat Indonesia sudah tiga bulan melakukan psbb, dirumah aja. Semua semangat dan berbondong – bonding untuk menyambut dunia luar. Seperti contoh, hari minggu kemaren Ketika cfd Jakarta dibuka Kembali setelah new noemal diterapkan, banyak masyarakat – masyarakat yang meramaikan bunderan hi tanpa peduli masih ada virus covid 19 di Indonesia. Setelah cfd disimpulkan kasus positif covid 19 bertambah drastis. New Normal diberlakukan dengan kesadaran penuh bahwa wabah masih ada di sekitar kita. Untuk itu aktivitas ekonomi/publik diperbolehkan dengan syarat menggunakan protokol kesehatan yang telah ditetapkan.  Untuk memastikan New Normal bisa berjalan baik maka pemerintah harus melakukan upaya yang sistematis, terkoordinasi dan konsisten dalam melakukan pengawasan publik dan law enforcement. Di dalamnya juga termasuk memperbesar kapasitas sektor kesehatan kita untuk mengantisipasi lonjakan penderita Covid-19

            Pemerintah pusat dan daerah harus bersinergi untuk memastikan pemeriksaan kesehatan yang massif, tersedianya sarana perawatan dan peralatan medis, melindungi mereka yang paling rentan melalui penyiapan pengamanan sosial yang tepat sasaran dan perlindungan kesehatan. Jadi tetap waspada dan ingat selalu bahwa covid 19 masih ada disekitar kita. Jangan kalap dan lupa. Kasus di Indonesia akan berkurang apabila masyarakat nya bijaksana dalam menangani virus ini dikala new normal. Tetap selektif terhadap seseorang dan tempat – tempat yang ramai. Karena kita tidak tahu dimana virus berada.

SALSABILA TRI GUMELAR / 16418497 / 2IB02

Jumat, 05 Juni 2020


TUGAS SOFTSKILL PERTEMUAN 3 : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN# NO.2

Membangun Ketahanan Nasional Pasca Covid-19

Covid – 19 adalah tantangan setiap negara, termasuk Indonesia. Pertanyaannya adalah seberapa kuat ketahanan suatu negara terhadap suatu pandemi. Kompleksitas ketahanan untuk keperluan diskusi, ketahanan negara terhadap pandemi dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu negara untuk bersiap menghadapi bencana besar, untuk merespon dan segera memulihkan setiap gangguan yang terjadi untuk kembali ke kondisi normal. Dibutuhkan perspektif yang tepat untuk menjelaskan apakah suatu negara memiliki ketahanan terhadap bencana besar. Perspektif pertama tentu saja bencana itu sendiri. Ketika sebuah bencana besar datang, kita umumnya tidak dapat memprediksi seberapa besar fatalitasnya. Masih ingat ketika tsunami 2004 terjadi? Jumlah kematian meningkat pesat hanya dalam hitungan hari. Untuk kasus Covid-19, meskipun jumlah kematian yang terjadi masih jauh di bawah dibandingkan bencana tsunami 2004 yang dahsyat itu, jumlah orang yang terinfeksi dan jumlah kematian terus meningkat dari hari ke hari. Kita pun khawatir sampai kapan ini akan berlangsung sebelum angka-angka itu mulai turun. Tantangannya adalah apakah kita dapat secara akurat memprediksi penyebaran virus dan jumlah orang yang terinfeksi? Kemampuan untuk memahami pola penyebaran virus menjadi sangat penting untuk mengambil respon cepat dengan benar. Tujuan dari respon cepat harus pada meminimalkan jumlah kematian, bukan tingkat kematian. Ini seperti dalam manajemen kualitas, ketika kita ingin menjaga sesuatu yang berharga dari cacat, maka jumlah cacat menjadi dimensi kritikal yang harus dikendalikan.

 Jadi, pencapaian utama dalam memerangi virus ini adalah menjaga jumlah kematian serendah mungkin. Untuk melakukan itu, strategi penanganan bencana harus dirumuskan berdasarkan perspektif lain: infrastruktur, masyarakat, dan pemerintah. Infrastruktur di sini mencakup semua sumber daya dari sistem pemberian perawatan kesehatan: rumah sakit, dokter, perawat, tenaga medis, dan fasilitas dan peralatan medis. Mengingat Covid 19 dikategorikan sebagai angsa hitam, semua rumah sakit tentu tidak siap sebelumnya untuk memiliki kapasitas berlebih untuk menangani sejumlah besar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, diperlukan semacam strategi kapasitas yang fleksibel untuk bisa menambah kapasitas dengan cepat. Ragam langkah Presiden Joko Widodo meredam Covid-19.

Selain sumber daya perawatan kesehatan, infrastruktur dalam bentuk rantai pasokan yang kuat juga diperlukan. Dalam bencana besar, kepanikan di depan umum umumnya dipicu oleh kelangkaan barang yang sangat dibutuhkan. Dalam kasus Covid 19, gangguan rantai pasokan terjadi, menghentikan pasokan barang seperti masker, sanitizer, dan peralatan pelindung diri. Bahkan jika barang tersedia, harganya telah meroket. Menjadi penting untuk memastikan bahwa ada kapasitas yang dicadangkan dalam rantai pasokan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan selama bencana. Infrastruktur lain yang dibutuhkan untuk ketahanan negara adalah telekomunikasi dan listrik. Kebijakan pembatasan diri dari keramaian dalam berbagai bentuknya yang mendorong orang harus bekerja dari rumah membutuhkan infrastruktur telekomunikasi dan listrik yang andal. Kemampuan untuk menghadapi dan menanggapi bencana juga dapat dijelaskan dari  perspektif masyarakat. Kesehatan yang baik dapat menjadi perisai terhadap ancaman penyebaran Covid 19. Semakin buruk kesehatan masyarakat, semakin rentan terhadap ancaman pandemi, dan sebaliknya.

Ketika penyebaran virus tidak dapat dihindari, ketahanan negara ditentukan oleh tingkat kepatuhan masyarakat jika kebijakan lockdown dalam berbagai bentuknya dilaksanakan. Selain kepatuhan, tingkat altruisme masyarakat, yang menjelaskan tindakan seseorang untuk menghargai kepentingan orang lain, juga merupakan penentu keberhasilan dalam menekan penyebaran virus. Tidak memborong masker dan pembersih, melakukan karantina sendiri ketika seseorang telah terpapar atau dalam pantauan adalah contoh yang jelas dari altruisme. Kemakmuran rakyat juga menentukan ketahanan terhadap bencana. Kebijakan lockdown atau pembatasan mobilitas orang lebih mudah diterapkan pada mereka yang secara keuangan sudah mapan daripada mereka yang masih harus bekerja di luar rumah untuk mendapatkan nafkah setiap hari. Akhirnya, ketahanan negara terhadap bencana dijelaskan oleh perspektif pemerintah. Dibutuhkan upaya yang matang dalam mempersiapkan, merespons bencana, dan mengembalikan kondisi gangguan yang terjadi kembali normal. Ini seperti orkestra simfoni, pemerintah berperan sebagai konduktor yang akan mengatur orang, rumah sakit, dokter, tenaga medis, bisnis, dan pemasok semua barang yang diperlukan dalam bencana, telekomunikasi, dan penyedia infrastruktur listrik. Ketika sudah ada korban yang terinfeksi dan mati, kecepatan respons menjadi faktor kunci keberhasilan dalam mengurangi penyebaran virus.

Menyelamatkan nyawa manusia harus menjadi prioritas utama, yang lain mengikuti. Memang membutuhkan dana yang sangat besar. Pemerintah dapat memprioritaskan kembali program dan kegiatan mereka. Pemerintah harus dapat membangun tingkat urgensi yang tinggi di masyarakat untuk memerangi penyebaran virus. Dibutuhkan kampanye cerdas dan masif untuk membangunkan kesadaran masyarakat akan bahaya wabah ini. Ketika itu terjadi, masyarakat dan komunitas bisnis akan mendukung sepenuhnya program manajemen bencana yang dijalankan pemerintah. Program penanggulangan bencana harus dilihat sebagai kegiatan pertambahan nilai untuk menahan sebaran virus dan membuat orang yang sudah terinfeksi kembali sehat. Berhasil dalam menanggapi dan mengatasi Covid-19 tentu akan membantu pemerintah melakukan program pemulihan;  membuat kondisi sosial ekonomi yang terganggu menjadi kembali normal. Belajarlah dari inovasi yang sukses. Kejarlah makna, yang mulia,  dan  semua kebaikan akan mengikuti.

SALSABILA TRI GUMELAR / 16418497 / 2IB02

TUGAS SOFTSKILL PERTEMUAN 3 : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN# NO.1

Covid 19 : Membangun Kembali Semangat Toleransi Manusia Indonesia
         
Kondisi pandemi COVID-19 yang melanda semua negara di dunia termasuk Indonesia sudah berada pada titik yang mengkhawatirkan. Bukan hanya dalam menghadapi Virus Corona penyebab pandemi itu sendiri, akan tetapi dampak permasalahan sosial. Jadi kita Bersama harus membangun Kembali semangat toleransi dalam kondisi pandemic ini, jangan egois, saling bergotong royong.

             Dalam menghadapi pandemi COVID-19 ini, barangkali solidaritas dan toleransi merupakan salah satu kunci utama dalam menghadapi permasalahan ini. Mengamalkan nilai-nilai leluhur bangsa Indonesia yakni persatuan dan gotong royong yang secara definisi menurut KBBI dimaknai sebagai bekerja bersama-sama (tolong-menolong, bantu-membantu) diantara anggota-anggota suatu komunitas, yang mana keterlibatan ini tentunya didasari dengan kesadaran akan seluruh pihak mengenai dampak yang ditimbulkan oleh COVID-19 ini. Memaknai gotong royong dalam pandemi COVID-19 ini tentunya dapat dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan seperti membantu lingkungan sekitar kita yang membutuhkan seperti logistik tanpa memandang ras, suku, dan agama, melakukan donasi di berbagai lembaga resmi dan terakreditasi yang bergerak di bidang sosial dalam menghadapi pandemi ini, menyaring dan membagikan informasi yang tepat dan akurat baik secara lisan maupun melalui media sosial, meningkatkan budaya hidup bersih sehari-hari, serta melakukan pembatasan diri atau yang dikenal dengan physical distancing dalam tatanan sosial sesuai dengan arahan dari WHO dan Pemerintah.

            Budaya gotong-royong, tepa selira dan toleransi betul-betul mempunyai peranan yang besar dalam kondisi saat ini. Semua lapisan masyarakat bahu membahu dalam menggalang dana dan bantuan untuk bersama-sama memerangi pandemi COVID-19. 

             Dari peralatan alat kesehatan sampai dengan makanan mulai banyak disalurkan baik secara individu maupun lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan yang sudah ada maupun yang baru dibentuk.

           Budaya gotong-royong inilah yang akan mampu dan sanggup mencegah potensi risiko dampak sosial yang terjadi seperti di Italia. Kita sangat bersyukur dengan budaya bangsa besar Indonesia yaitu gotong-royong, tepa selira maupun toleransi yang sudah ada dari dulu turuntemurun ke generasi sekarang. 

          Budaya-budaya tersebut harus selalu dipertahankan dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan jaman terutama terhadap generasi millenial sekarang.

            Harus mulai ditemukan cara-cara terbaru yang kekinian untuk mempertahankan budaya gotongroyong, tepa selira dan toleransi yang merupakan budaya luhur bangsa Indonesia yang tidak dipunyai bangsa lain.
 
          Bisa dibayangkan, apa jadinya jika bangsa kita, masyarakat kita tidak mempunyai budaya gotong-royong, tepa selira dan toleransi? Apakah dampak sosial pandemi COVID-19 akan membuat kondisi yang sekarang menjadi lebih baik atau lebih buruk? 

        Apakah pemerintah Indonesia bisa menghadapi sendiri potensi risiko sosial yang terjadi jika masyarakat Indonesia tidak bergotong-royong bersama-sama memerangi pandemi COVID-19 dengan menggalang bantuan untuk disalurkan kepada masyarakat bawah yang terdampak baik langsung dan tidak langsungi?

          Saya pribadi sangat bersyukur terhadap masyarakat Indonesia yang masih memegang teguh budaya gotong-royong, tepa selira dan toleransi yang telah berjuang bersama-sama dengan pemerintah dalam menghadapi pandemi COVID-19 dengan menyalurkan bantuan kepada masyarakat yang terdampak sehingga tidak terjadi potensi risiko yang telah terjadi di negara-negara lain seperti halnya di Italia.

        Peran serta dan keterlibatan seluruh elemen menjadi hal penting, khususnya pemerintah baik pusat mapun daerah, ahli kesehatan, pemuka agama, dan seluruh lapisan masyarakat diharapkan agar memahami dan mengamalkan nilai-nilai gotong royong disertai dengan segala instruksi yang ada saat ini, guna mengatasi segala bentuk permasalahan kemanusiaan yang timbul dalam permasalahan COVID-19 dan masa mendatang guna menjadi pribadi yang berwawasan kebangsaan yang disertai dengan nilai-nilai religius dan humanisme.

SALSABILA TRI GUMELAR / 16418497 / 2IB02


Review Jurnal (Penerapan Multimedia di bidang Teknik Elektro)

"Penerapan Semi-Immersion Virtual Reality Untuk Simulasi Instalasi Transmisi Listrik" Penulis: Muhammad Fadli Prathama, Andi Dahro...