TUGAS SOFTSKILL PERTEMUAN 3 : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN#
NO.2
Membangun Ketahanan Nasional Pasca Covid-19
Covid – 19 adalah tantangan setiap negara,
termasuk Indonesia. Pertanyaannya adalah seberapa kuat ketahanan suatu negara
terhadap suatu pandemi. Kompleksitas ketahanan untuk keperluan diskusi,
ketahanan negara terhadap pandemi dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu
negara untuk bersiap menghadapi bencana besar, untuk merespon dan segera
memulihkan setiap gangguan yang terjadi untuk kembali ke kondisi normal.
Dibutuhkan perspektif yang tepat untuk menjelaskan apakah suatu negara memiliki
ketahanan terhadap bencana besar. Perspektif pertama tentu saja bencana itu
sendiri. Ketika sebuah bencana besar datang, kita umumnya tidak dapat
memprediksi seberapa besar fatalitasnya. Masih ingat ketika tsunami 2004
terjadi? Jumlah kematian meningkat pesat hanya dalam hitungan hari. Untuk kasus
Covid-19, meskipun jumlah kematian yang terjadi masih jauh di bawah
dibandingkan bencana tsunami 2004 yang dahsyat itu, jumlah orang yang
terinfeksi dan jumlah kematian terus meningkat dari hari ke hari. Kita pun
khawatir sampai kapan ini akan berlangsung sebelum angka-angka itu mulai turun.
Tantangannya adalah apakah kita dapat secara akurat memprediksi penyebaran
virus dan jumlah orang yang terinfeksi? Kemampuan untuk memahami pola
penyebaran virus menjadi sangat penting untuk mengambil respon cepat dengan
benar. Tujuan dari respon cepat harus pada meminimalkan jumlah kematian, bukan
tingkat kematian. Ini seperti dalam manajemen kualitas, ketika kita ingin
menjaga sesuatu yang berharga dari cacat, maka jumlah cacat menjadi dimensi
kritikal yang harus dikendalikan.
Jadi,
pencapaian utama dalam memerangi virus ini adalah menjaga jumlah kematian
serendah mungkin. Untuk melakukan itu, strategi penanganan bencana harus
dirumuskan berdasarkan perspektif lain: infrastruktur, masyarakat, dan
pemerintah. Infrastruktur di sini mencakup semua sumber daya dari sistem pemberian
perawatan kesehatan: rumah sakit, dokter, perawat, tenaga medis, dan fasilitas
dan peralatan medis. Mengingat Covid 19 dikategorikan sebagai angsa hitam,
semua rumah sakit tentu tidak siap sebelumnya untuk memiliki kapasitas berlebih
untuk menangani sejumlah besar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu,
diperlukan semacam strategi kapasitas yang fleksibel untuk bisa menambah
kapasitas dengan cepat. Ragam langkah Presiden Joko Widodo meredam Covid-19.
Selain sumber daya perawatan kesehatan, infrastruktur
dalam bentuk rantai pasokan yang kuat juga diperlukan. Dalam bencana besar,
kepanikan di depan umum umumnya dipicu oleh kelangkaan barang yang sangat
dibutuhkan. Dalam kasus Covid 19, gangguan rantai pasokan terjadi, menghentikan
pasokan barang seperti masker, sanitizer, dan peralatan pelindung diri. Bahkan
jika barang tersedia, harganya telah meroket. Menjadi penting untuk memastikan
bahwa ada kapasitas yang dicadangkan dalam rantai pasokan untuk mengantisipasi
lonjakan permintaan selama bencana. Infrastruktur lain yang dibutuhkan untuk
ketahanan negara adalah telekomunikasi dan listrik. Kebijakan pembatasan diri
dari keramaian dalam berbagai bentuknya yang mendorong orang harus bekerja dari
rumah membutuhkan infrastruktur telekomunikasi dan listrik yang andal.
Kemampuan untuk menghadapi dan menanggapi bencana juga dapat dijelaskan dari
perspektif masyarakat. Kesehatan yang baik dapat menjadi perisai terhadap
ancaman penyebaran Covid 19. Semakin buruk kesehatan masyarakat, semakin rentan
terhadap ancaman pandemi, dan sebaliknya.
Ketika penyebaran virus tidak dapat
dihindari, ketahanan negara ditentukan oleh tingkat kepatuhan masyarakat jika
kebijakan lockdown dalam berbagai bentuknya dilaksanakan. Selain kepatuhan,
tingkat altruisme masyarakat, yang menjelaskan tindakan seseorang untuk
menghargai kepentingan orang lain, juga merupakan penentu keberhasilan dalam
menekan penyebaran virus. Tidak memborong masker dan pembersih, melakukan
karantina sendiri ketika seseorang telah terpapar atau dalam pantauan adalah
contoh yang jelas dari altruisme. Kemakmuran rakyat juga menentukan ketahanan
terhadap bencana. Kebijakan lockdown atau pembatasan mobilitas orang lebih
mudah diterapkan pada mereka yang secara keuangan sudah mapan daripada mereka
yang masih harus bekerja di luar rumah untuk mendapatkan nafkah setiap hari.
Akhirnya, ketahanan negara terhadap bencana dijelaskan oleh perspektif
pemerintah. Dibutuhkan upaya yang matang dalam mempersiapkan, merespons
bencana, dan mengembalikan kondisi gangguan yang terjadi kembali normal. Ini
seperti orkestra simfoni, pemerintah berperan sebagai konduktor yang akan
mengatur orang, rumah sakit, dokter, tenaga medis, bisnis, dan pemasok semua barang
yang diperlukan dalam bencana, telekomunikasi, dan penyedia infrastruktur
listrik. Ketika sudah ada korban yang terinfeksi dan mati, kecepatan respons
menjadi faktor kunci keberhasilan dalam mengurangi penyebaran virus.
Menyelamatkan nyawa manusia harus menjadi
prioritas utama, yang lain mengikuti. Memang membutuhkan dana yang sangat
besar. Pemerintah dapat memprioritaskan kembali program dan kegiatan mereka.
Pemerintah harus dapat membangun tingkat urgensi yang tinggi di masyarakat
untuk memerangi penyebaran virus. Dibutuhkan kampanye cerdas dan masif untuk
membangunkan kesadaran masyarakat akan bahaya wabah ini. Ketika itu terjadi,
masyarakat dan komunitas bisnis akan mendukung sepenuhnya program manajemen
bencana yang dijalankan pemerintah. Program penanggulangan bencana harus
dilihat sebagai kegiatan pertambahan nilai untuk menahan sebaran virus dan
membuat orang yang sudah terinfeksi kembali sehat. Berhasil dalam menanggapi dan
mengatasi Covid-19 tentu akan membantu pemerintah melakukan program pemulihan;
membuat kondisi sosial ekonomi yang terganggu menjadi kembali normal.
Belajarlah dari inovasi yang sukses. Kejarlah makna, yang mulia, dan
semua kebaikan akan mengikuti.
SALSABILA TRI GUMELAR / 16418497 / 2IB02