Rabu, 25 Maret 2020


TUGAS SOFTSKILL PERIODE 2 : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN# NO. 3 

Satu Tokoh Wayang Idola Saya : GATOTKACA
Gatot Kaca adalah putra Bima/Werkudara, dengan Dewi Arimbi, putri Prabu Arimbaka, raja raksasa negara Pringgondani dengan raseksi Hidimba. Ia memiliki dua saudara lelaki lain ibu, yaitu ; Raden Anantareja --- putra Bima dengan Dewi Naganini, dan Raden Anantasena --- putra Bima dengan Dewi Urangayu.

Saat masih bayi Gatotkaca dijadikan jago Kadewatan membinasakan Prabu Pracona dan patihnya, Sakipu, yang mengamuk di Jonggringsaloka karena pinangannya memperistri Bathari Prabasini, ditolak Bathara Guru. Sebelum diadu perang, lebih dulu Gatotkaca dimasukkan kedalam Kawah Candradimuka dan diaduk dengan berbagai jenis senjata milik para dewa. Atas jasanya tersebut, ia mendapat anugrah dewata berupa tiga pusaka sakti, yaitu :

1. Baju/Kutang Antakusuma.
2. Caping Basunanda, dan
3. Sepatu Pada Kucarma,Setelah dewasa, Gatotkaca diangkat menjadi raja negara Pringgondani, menggantikan ibunya. Ia mempunyai 3 (tiga) orang istri dan 3 (tiga) orang putra lelaki. Mereka adalah :

1. Arya Jayasupena , dari ibu Dewi Sumpani.
2. Arya Sasikirana , dari ibu Dewi Pergiwa.
3. Suryakeca , dari ibu Dewi Suryawati.

Gatotkaca mempunyai sifat perwatakan ; berani, teguh, tangguh, cerdik pandai, waspada, gesit, tangkas, tabah dan mempunyai rasa tanggung jawab yang besar. Ia sangat sakti, memiliki Aji Narantaka, pemberian Resi Seta.
Dalam pewayangan, ia dikenal dengan sebutan si “Otot Kawat dan Bertulang Baja”

Gatotkaca juga dikenal dengan nama ; Arimbiatmaja, Bimasiwi, Guritna, Gurudaya, Kacanegara (= teladan cintanya terhadap negara), Purbaya, Kancingjaya (= kunci kemenangan), Bambang Tetuka. Akhir riwayatnya diceritakan, gugur dalam perang Bharatayuda oleh panah Kunta milik Adipati Karna, raja negara Awangga.


Banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari tokoh wayang gatotkaca yaitu :
1.      Untuk menjadi sukses pasti ada ongkosnya
2.      Hargai karuniamu, dan keunikanmu
3.      Berpikirlah sebelum bertindak dan jangan dibutakan oleh emosi
4.      Mari menjadi pribadi yang tahu membalas budi
5.      Setia pada tugas sampai titik terakhir
6.      Belajarlah untuk taat dan patuh pada otoritas
7.      Tidak perlu untuk mencari nama mendapatkan pengakuan

Salsabila Tri Gumelar/2IB02//16418497


TUGAS SOFTSKILL PERIODE 2 : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN# NO. 2 
Mengapa kebanyakan WNI mudah sekali terpapar arus hoax ?

Menerima berita atau arus hoaks dapat didapat dari social media maupun omongan dari mulut ke mulut. Dapat diketahui pada jaman sekarang ini, semua orang mempunyai social media. Sehingga informasi akan mudah terakses dengan cepat, tanpa pikir panjang orang pun menerima informasi itu tanpa dibaca atau dicerna dengan baik. Banyak factor yang terjadi kenapa orang Indonesia mudah terpapar arus hoax dan menyebarkannya.
Yang pertama adalah minimnya minat baca. Bisa dibilang orang Indonesia memiliki minat baca yang rendah. Karena hal itu, beberapa pembaca hanya membaca sebagian isi berita bahkan hanya melihat judul nya saja. Padahal judul belum menjelaskan semua apa yang terjadi. Dengan membaca berita secara teliti dan keseluruhan dapat mengetahui apakah berita itu hoax atau tidak.
Yang kedua adalah hanya mempercayai sumber ataub pihak tertentu, dan menyakini bahwa sumber tersebut benar. Dengan adanya persepsi seperti itu membuat kita menjadi menerima semua berita yang ada pada pihak/ sumber tersebut secara mentah mentah tanpa dianalisa kebenerannya.
Yang ketiga adalah tidak menerima atau mempercayai informasi dari pihak yang dibenci atau tidak sependapat dengan diri sendiri. Sehingga merasa informasi tersebut pasti salah. Padahal kebenaran dapat datang dari siapa aja, tidak mengenal pihak manapun. Sehingga kebenaran lah yang harus kita cari, bukan pihak atau orang tertentu. Dalam keraguan yang mengganggu ketenangan, kita perlu mencari tahu segala sesuatu secara detail hingga kita merasa yakin dan bisa mengambil kesimpulan.
Yang keempat adalah ketika mendapatkan berita yang sesuai perasaan dan pemikiran saat itu, rata rata orang Indonesia langsung semangat untuk membagikannya. Padahal pemikiran pribadi seseorang belum tentu benar, apalagi berbicara soal perasaan manusia yang selalu labil. Jadi ketika menerima berita cobalah untuk berpikir dengan jernih dan rasional agar tidak salah.
Yang kelima adalah malas berpikir untuk meverifikasi berita tersebut, dengan ajakan seperti “share = imbalannya surga”, “like = amiin” hanya dengan sentilan perasaan mendapatkan "imbalan" baik secara moral maupun spiritual, cukup mendorong banyak orang bertindak cepat dalam memproses informasi tanpa mencari tahu kebenarannya.
Yang keenam adalah dengan mendapatkan informasi dari orang terpercaya. Bahkan melihat teman – teman membagikan berita tersebut juga. Sehingga kurang afdol apabila diri sendiri belum membagikannya ke orang lain. Mendapat informasi dari orang terpercaya semisal keluarga atau orang terdekat, bukan berarti berita tersebut telah valid dan dapat dipercaya. Analisa dan pendalaman detail informasi tersebut masih perlu untuk dilakukan.
Dari semua faktor-faktor yang menjadi penyebab utama beredarnya berita hoax dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya faktor utama orang-orang mudah dikelabuhi adalah ego seseorang itu sendiri. Ini terbukti bahwa masyarakat Indonesia masih sangat mengedepankan egonya masing-masing. Dan orang-orang yang mengdepankan egonya cenderung tidak sabaran dalam menyikapi berita yang ada di hadapan mereka. Mereka dengan mudahnya terpengaruh dengan judul-judul berita yang provokatif, bahkan seringkali mereka hanya membaca judulnya saja tanpa mendalami konten yang disediakan.
Maka dari itu marilah kita berlatih untuk mengendalikan ego yang ada dalam diri kita. Karena sesungguhnya cara ampuh melawan hoax adalah dengan memperbaiki diri kita sendiri. Jika kita mampu menguasai ego dan mau teliti pastinya kita tidak akan mudah tersulut dengan berita-berita yang tidak bertanggung jawab.
Dan pemerintah harus lebih tegas pada penyebar berita hoax maupun pembuat berita hoax. Dihukum sesuai peraturan yang sudah ada karena dengan menyebarkan berita hoax melanggar UU ITE pasal 28 ayat 1.

Salsabila Tri Gumelar/2IB02/16418497

Selasa, 24 Maret 2020


TUGAS SOFSKILL PERIODE 2 : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN# NO 1

Mengapa lockdown dalam kasus covid-19 diyakini tidak akan berhasil dilakukan di NKRI ?

            Jumlah orang yang positif terinfeksi virus corona terus bertambah. Hingga saat ini tepat pada tanggal 25 Maret 2020 yang sudah terinfeksi positif virus corona ada 686 jiwa, negative ada 2.117, yang sembuh ada 30, dan yang meninggal ada 55 jiwa. Semua opsi penanganan sudah dicoba dilakukan oleh pemerintah. Namun, ada satu opsi penanganan yang sekiranya masih sulit untuk dilakukan di Indonesia. Opsi penanganan itu adalah lockdown.


           Pengertian lockdown sendiri adalah mengisolasi wilayah dalam jangka waktu yang ditentukan, dengan membatasi akses keluar dan masuk untuk menekan peluang virus menyebar ke tempat lain. Tentunya sejumlah aktivitas public diisolasi atau dibekukan juga.

          Dengan lockdown ini, seluruh akses transportasi dibekukan. Sekolah, perkantoran dan aktivitas publik dihentikan. Akibatnya, aktivitas ekonomi akan slowdown.

        Negara Indonesia tidaklah seperti negara – negara maju yang sudah melakukan lockdown seperti Singapura, Italia, Korea selatan dll. Akan banyak dampak yang terjadi apabila lockdown diterapkan. Dari factor ekonomi, wisata, transportasi, pangan, dan social.

1.      Dari factor ekonomi imbasnya antara lain investor investor pada perusahaan akan menghilang,peredaran uang khususnya di Jakarta akan menurun. Karena di Indonesia juga jumlah tenaga kerja banyak di sector lapangan seperti tukang baso, tukang ketoprak, penjual penjual di pasar, pembuka warung dll. Apabila di lockdown mereka tidak akan memiliki pemasukan.

2.      Dari factor wisata imbasnnya turis akan dilarang untuk memasuki negara.Tak hanya turis mancanegara, namun juga turis domestik akan dilarang untuk bepergian ke tempat tempat dan acara wisata. Tentu saja, penangguhan dan pembatalan ini menyebabkan kerugian bagi wisata. Sementara mereka harus tetap membayar gaji pegawai nya

3.  Sektor transportasi mulai dari ojek motor hingga maskapai penerbangan akan mendapat imbas dari pemberlakuan lockdown. Ojek, taksi, bus, angkot, kereta akan kehilangan penumpang mengingat mobilitas masyarakat akan terhenti.

4.      Imbas yang terjadi pada sector pangan sudah terlihat sebelum lockdown diberlakukan yaitu adanya reaksi berlebihan pada masyarakat kita, baik masyarakat di dunia nyata maupun warganet. Masyarakat seringkali menyikapi sebuah isu secara berlebihan. Begitu sebuah isu muncul ke permukaan, dibahas habis-habisan, di-blow up di mana-mana, setelah itu  senyap atau sepi lagi. Sebagai contoh, beberapa waktu lalu banyak orang yang ramai-ramai memborong barang-barang kebutuhan pokok. Kemudian, stok masker dan hand sanitizer jadi sulit ditemukan di pasaran. Padahal pemerintah belum mengeluarkan statement macam-macam. Jangan-jangan, jika diterapkan lockdown malah bisa bikin kekacauan baru.

5.      Imbas pada social yang suka kumpul-kumpul. Masih ingat slogan yang terkenal mangan ora mangan sing penting ngumpul. Nah, ini salah satu kebiasaan masyarakat yang sukar dihilangkan. Bangsa kita sejak dahulu sudah terkenal dengan kebiasaan gotong royong. Selalu ada alasan untuk ngumpul bersama.
Saat lockdown dilakukan, banyak fasilitas publik yang ditutup untuk membuat masyarakat berdiam diri di rumah masing-masing. Tapi alih-alih diam di rumah, hal ini malah bisa dianggap "liburan" sehingga bisa jadi momentum silaturahmi, pulang kampung dan lain-lain. Jadi tujuan lockdown untuk menekan penyebaran virus jadi tidak tercapai.

Jadi, perlu dipikirkan baik-baik imbas sosial dari opsi lockdown itu jika diterapkan. Jadi sambil  melakukan penelitian terhadap aktivitas orang-orang yang sudah positif Corona. Pemerintah harus terus melakukan edukasi secara masif kepada masyarakat tentang kiat-kiat menjaga kesehatan diri sendiri dan lingkungan untuk meminimalkan penyebaran virus corona.

            Dapat disimpulkan system lockdown ini sangat tidak mungkin dilakukan di Indonesia, alih alih dapat mengurangi penyebaran virus tetapi banyak dampak yang terjadi. Kecuali pemerintah siap untuk menangani semua dampak yang terjadi ini seperti memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyakarakat menengah ke bawah.

            Menurut saya, dengan menjaga jarak atau social distancing, tidak keluar rumah apabila tidak penting, melakukan etika batuk atau bersin dengan tepat, dan selalu menjaga kebersihan tangan bisa mengurangi penyebaran virus perlahan demi perlahan.

Salsabila Tri Gumelar / 2IB02 / 16418497














SEJARAH SINGKAT PERGURUAN SILAT ( MERPATI PUTIH )

Seni Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih yang organisasinya terbentuk pada tanggal 2 april 1963 di Yogyakarta, merupakan nilai budaya bangsa Indonesia yang diturunkan oleh Sang Guru Saring Hadi Purnomo kepada kedua putranya yaitu Poerwoto Hadi Purnomo dan Budi Santoso Hadi Purnomo (Alm).
Dalam rangka pengembangannya, seni beladiri ini didasarkan atas empat sikap, watak dan perilaku sebagaimana yang diamanatkan oleh Sang Guru yaitu : welas asih, percaya diri sendiri, keserasian dan keselarasan dalam penampilan sehari-hari, dan yang terakhir menghayati dan mengamalkan sikap itu agar menimbulkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Mahaesa, dan kesemuanya itu dilengkapi dengan falsafah dari perguruan yaitu MERsudi PAtitising TIndak PUsakane TItising Hening (Mencari sampai mendapatkan tindakan yang benar dengan ketenangan) yang kemudian disingkat menjadi MERPATI PUTIH.
Gambaran awal dari perjalanan dari keilmuan dan perkembangan perguruan berasal dari Keraton Mataram lama di Kartosuro yang berasal dari seorang wanita bangsawan yaitu Nyi Ageng Joyorejoso yang kemudian mempunyai tiga orang putra yaitu Gagak Handoko, Gagak Samudero, dan Gagak Seto masuk dalam Grat IV.
Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro.
Grat I : BPH Adiwidjojo
Grat II : PH Singosari: BPH Adiwidjojo
Grat III : RA Djojorejoso – Ing Wadas
Grat IV : RM Rekso Widjojo – Ing Baledono
Grat V : R Bongso Permono – Ing Ngulakan Wates
Grat VI : RM Wongso Widjojo – Ing Ngulakan Wates
Grat VII : R Saring Siswo Hardjono – Ing Ngulakan

Grat I, mempunyai saudara BP Amangkurat Amral
Grat III, membuat jalan Margoyoso, dalam legenda menjadi Demang Margoyoso
Grat IV, mendirikan perguruan yang pelaksanaannya dikembangkan oleh 3 orang puteranya atau keturunannya yaitu :
Gagak Handoko, mendirikan perguruan di gunug Jeruk (Pegunungan Manoreh).
Gagak Samudero, mendirikan perguruan di daerah Bagelan, yang akhirnya pindah ke daerah utara Pulau Jawa.
Gagak Seto, mendirikan perguruan di daerah Magelang (Pulau Jawa Bagian Tengah).
Gagak Handoko mengembara ke dareh timur Pulau Jawa melalui pantai selatan sehingga sampai di daerah gunung Kelud dengan tujuan mempelajari dan mengetahui keadaan daerah itu, disamping sambil mencari dua saudaranya yang terpisah. Di dalam pengembaraannya beliau menyamar sebagai Ki Bagus Kerto. Sebelum beliau mengembara, perguruan Gagak Handoko yang didirikan di Gunung Jeruk telah berkembang dengan cepat.
Beliau sadar akan usianya yang semakin tua. Beliau memberi mandat penuh dan amanat pada keturunannya yang pada silsilah termasuk dalam Grat V, yaitu R Bongso Permono Ing Ngulakan Wates. Setelah Gagak Handoko menyerahkan tampuk kepemimpinan perguruan, beliau lalu menyepi (bertapa) mencari kesempurnaan hingga sampai meninggalnya di Gunung Jeruk.
Dari R. Bongso Permono kemudian diturunkan ilmunya kepada keturunannya yaitu RM. Wongso Widjojo. Beliau lalu mengikuti jejak ayahnya mencari kesempurnaan.
Pada masa kepemimpinan RM. Wongso Widjojo, oleh karena beliau tidak mempunyai keturunan, maka beliau mengambil murid yang kebetulan dalam keluarga masih ada hubungan cucu, yang bernama R. Sarengat Siswo Hardjono (Sarengat Hadi Poenomo), yang termasuk dalam garis keturunan VII (Grat VII).
Perlu diketahui bahwa ajaran tersebut belum lengkap, maka beliau tidak segera mengembangkan /mengajarkan pada keturunannya, akan tetapi berusaha keras menelaah dan menjabarkan ilmu tersebut menuangkan dalam gerak silat dan tenaga yang tersimpan yang ada di naluri suci. Tidak berhenti disitu saja, beliau juga mencari kelengkapannya, yaitu dari ajaran Gagak Samudero dan Gagak Seto. Akan tetapi beliau belum berhasil juga menemukan langsung, hanya naluri beliau, bahwa dua aliran yang mempunyai materi yang sama tersebut mengembangkan ilmu di daerah pantai utara Pulau Jawa.
Hasil dari pengembangan ilmunya itu lalu diturunkan kepada kedua putranya (2 orang kakak beradik) yang bernama Poerwoto Hadi Poernomo (Mas Poeng) dan Budi Santoso Hadi Poernomo (Mas Bud). Sekitar tahun 1960 R Sarengat Hadi Poernomo aktif membina putranya untuk menguasai beladiri Mataram ini yang dinamakan Merpati Putih.
Pada tahun 1962 kedua putera R. Sarengat Hadi Poernomo mendapat amanat dari Sang Guru, yang sekaligus ayahnya, agar ilmu beladiri yang sebelumnya milik keluarga tersebut disebarluaskan kepada umum demi kepentingan bangsa. Sejak saat itu beladiri Mataram yang kita kenal dengan Merpati Putih dikenal oleh Masyarakat berkat usaha keras dan tekun dari kedua putera Sang Guru. Dalam menyampaikan latihan Sang Guru tidak segan-segasn turun langsung dan memberi wejangan yang pada dasarnya untuk membangkitkan gairah dan perkembangan Merpati Putih.
Tahun 1968 kedua putera Sang Guru sebagai pucuk pimpinan menjadi motor untuk mengembangkan sayapnya, yaitu dengan dibukanya cabang pertama di Madiun, Jawa Timur. Selanjutnya pihak militer juga ditembus. Dari hasil peragaannya, Merpati Putih mendapat kehormatan untuk melatih anggota Seksi I Korem 072 dan Anggota Batalyon 403/Diponegoro di Yogyakarta.
Tahun 1973 melalui perkenalan-perkenalan sebelumnya dengan pihak AKABRI, Merpati Putih mendapat undangan untuk diadakan penelitian dari segi-segi yang menyangkut metode latihan. Penelitian di bagian AKABRI Udara ini ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dari Fakultas Kedokteran UGM, antara lain Prof. Dr. Achmad Muhammad. Hasilnya menggembirakan, dan ini mendorong pengembangan wawasan yang lebih luas bagi Merpati Putih.
Di Jakarta tahun 1976, setelah berhasil melakukan pendekatan, Merpati Putih mendapat kehormatan untuk melatih para Anggota Pasukan Pengawal Presiden. Tahun 1977 Komisariat Jakarta dibentuk, dan pada tahun ini pula Merpati Putih mendapat peluang untuk melatih pasukan Koppasandha (RPKAD) di Cijantung sampai mereka sanggup memperagakan keahlian mereka pada acara peringatan HUT ABRI 5 Oktober 1978.
Pada awal hijrahnya Mas Poeng dan Mas Bud ke Jakarta sejak Maret 1976, dengan membina Pasukan Pengawal Presiden dan Koppasandha, maka secara mendadak pula membina pelajar/mahasiswa di Jakarta. Dengan kondisi tersebut perguruan merasa kedodoran, terutama dalam menyiapkan kader pelatih dan masalah keorganisasian serta metode pendidikan dan latihan. Oleh sebab itu sejak tahun 1978 sampai dengan tahun 1985, perguruan melakukan pembinaan secara terus menerus ke dalam, guna persiapan menghadapi perkembangan perguruan yang animo dan keinginan masyarakat begitu besar terhadap Merpati Putih.
Persiapan tidak hanya diarahkan pada penyedian kader pelatih saja, namun kesiapan metode dan program yang teruji pun menjadi garapan perguruan. Sejak tahun 1973, penelitian dengan nama SETA (Sehat dan Tangkas) yang dilakukan bekerjasama dengan AKABRI Bagian Udara dan UGM. Uji coba dan penelitian terus dilakukan pada kegiatan-kegiatan sejenis, seperti kerjasama perguruan dengan Kobangdiklat/Pusjasmil TNI AD di Cimahi tahun 1984, kerjasama dengan rumah sakit Pertamina di Jakarta tahun 1984, bekerjasama dengan YON II 203/Arya Kemuning tahun 1985, bekerjasama dengan UPT Lab Uji Konstruksi BPPT Serpong Tangerang tahun 1986.
Dengan persipan perguruan, baik dari segi organisasi maupun keilmuan, maka selanjutnya dari tahun ke tahun Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih berkembang keseluruh pelosok tanah air. Data terakhir yang diperoleh telah terbentuk 62 cabang dan 3 cabang diantarannya di luar negeri.
Kendati perkembangan perguruan meliputi aspek beladiri dan olahraga berkembang cukup pesat, namun perguruan tetap mencoba menyentuh aspek sosial, yakni melalui Yayasan Merpati Putih Abadi membuat dan melaksanakan suatu program pembinaan bagi tuna netra sejak tahun 1989. Program ini mendapat simpati dari pihak pemerintah dan masyarakat luas, sehingga dalam perkembangannya sudah dibentuk beberapa pusat/sentral pembinaan Merpati Putih di beberapa cabangnya.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa Perguruan Pencak Silat Bela Diri Tangan Kosong Merpati Putih mendapat tempat diberbagai kalangan sebagai salah satu aset kebudayaan bangsa yang patut dibanggakan dengan tidak menghilanglan jatidirinya sebagai perguruan pencak silat dengan bernaung dibawah bendera IPSI.
                                                     Salsabila Tri Gumelar/2IB02/16418497


TUGAS SOFTSKILL : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN# NO. 3

Sajian Terenak Buatan Ibu ( Cumi Asin Pedas)

Sajian terenak buatan ibu menurut saya cumi asin pedas, sulit memilih sajian terenak buatan ibu itu. Karena, sangat banyak sajian makanan yang sangat enak. Namun, pada akhirnya saya memilih cumi asin pedas. Ibu saya sudah hapal ketika memasak hidangan ini yaitu, menambahkan cabe yang sangat banyak. Karena saya sangat suka dengan pedas. Saat makan ini saya bisa habis 1 piring penuh, cabe nya pun saya makanin. Tak heran saya memilih sajian ini menjadi yang terenak.

            Cumi asin buatan ibu saya dengan yang ada di warteg atau di restoran sangat berbeda dari cita rasa nya, tekstur cumi nya, dan kepedasan. Jadi buatan ibu saya sudah paling top. Berikut adalah cara membuat nya :

Bahan-bahan :
250 gram Cumi Asin
5 Siung Bawang Putih, iris
1 Siung Bawang Bombay, iris
1 buah cabe merah, iris
1 buah cabe Hijau,iris
20 Buah cabai rawit, iris
1 sachet Saori Saos tiram
1 Sdm Gula pasir
Garam / Royco ayam
Air secukupnya

Langkah – Langkah :

1.      Cuci bersih cumi,,buang isi perutnya lalu potong kecil (sesuaikan selera,kalau mau utuh juga boleh) sisihkan. Lalu rendam cumi dengan air beberapa menit( sebenarnya opsional, hanya untuk menghilangkan asin dari cuminya).
2.      Goreng cumi setengah matang hati2 perang karena suka loncat2 cuminya (saya lebih suka cumi digoreng dulu setengah matang sebelum dioseng)
3.      Tumis bawang merah dan putih sampai harum..lalu masukan,cabe cabean, bawang putih, bawang Bombay tumis hingga layu dan harum..
4.      Tambahkan cumi yg sudah digoreng tadi,aduk rata tambahkan air sedikit..masukan bumbu saori,gula pasir, (garam saya masukan terakhir jika rasanya masih kurang) aduk dan tes rasa
5.      Oseng cumi asin siap dihidangkan dengan nasi hangat.


Salsabila Tri Gumelar/2IB02/16418497


TUGAS SOFTSKILL : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN# NO. 2

Asal Usul Demografi Indonesia

Sejumlah teori mengenai asal-usul orang Indonesia dan Melayu menyebut bahwa nenek moyang orang Indonesia dan Melayu adalah dari Yunnan, sebuah negeri di China bagian selatan. Bangsa Yunnan termasuk kelompok suku Mongoloid Selatan. Sebagian dari mereka bermigrasi ke Taiwan dan sebagian lagi kemudian melanjutkan migrasi ke Asia Tenggara.  Mereka inilah yang dijuluki sebagai orang-orang Austronesia. Selain Mongoloid Selatan ada kelompok suku Mongoloid Utara yang terdiri dari orang-orang China, Korea, dan Jepang saat ini. Demikianlah Paul Michel Munoz, seorang sejarawan asal Perancis memberikan analisisnya dalam buku Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula (edisi terjemah Bahasa Indonesia: Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia)
Migrasi suku-suku Mongoloid Selatan menuju ke arah Kepulauan Indonesia dan Melayu diperkirakan terjadi pada 2500 Sebelum Masehi (SM), melalui jalur Taiwan kemudian berlanjut ke Filipina. Dari Filipina, gelombang imigrasi terbagi menjadi dua, yaitu ke Sulawesi-Kalimantan, dan ke Maluku. Kelompok yang bergerak ke jalur Kalimantan-Sulawesi selanjutnya menyebar ke Vietnam, Sumatera, Semenanjung Malaysia, Jawa, Bali, dan Madagaskar. 
Kelompok yang bergerak ke jalur Maluku selanjutnya menuju ke Papua, Papua Nugini, Fiji dan kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara. Disebutkan pula perjalanan mereka ada yang mencapai wilayah Selandia Baru.
Berdasarkan teori tersebut, bangsa Indonesia dan Melayu yang saat ini mendiami Indonesia dan sebagian besar wilayah ASEAN adalah warga pendatang. Skenario ini mirip dengan warga Amerika dan Australia, yang asal muasalnya adalah orang Eropa, kemudian bermigrasi ke dua benua tersebut. Yang membedakan hanyalah waktu terjadinya migrasi. Orang Melayu bermigrasi dari tempat asalnya di China bagian selatan ke Asia Tenggara pada ribuan tahun Sebelum Masehi, sedangkan orang Eropa ke Amerika dan Australia melakukannya mulai abad 15 Masehi (1492) yaitu ketika Christoper Columbus mendarat di Kepulauan Karibia.
Sedikit tentang Karibia, adalah kepulauan yang terletak antara Amerika Utara dan Amerika Selatan. Di Kepulauan Karibia terdapat 30 negara seperti Kuba, Haiti, Jamaika, dan lain-lain. Kepulauan ini pula adalah jajaran pulau-pulau yang menjadi salah satu sisi Segitiga Bermuda (Wikipedia).
Sama seperti riwayat Amerikaa dan Australia, ketika orang-orang Austronesia bermigrasi ke pulau-pulau Nusantara, saat itu telah ada penduduk yang mendiami pulau-pulau di Nusantara. Munoz menyebutkan bahwa mereka yang telah lebih dulu mendiami Nusantara terdiri dari tiga kelompok, yaitu Veddoid, Negrito, dan Papua-Melanesia.
Kelompok Veddoid terdiri dari orang-orang nomaden yang bertahan hidup dengan berburu dan mencari ikan. Komunitas Veddoid bertahan hingga saat ini, yaitu seperti suku-suku Kubu dan Sakai di Sumatera, dan Toala di Sulawesi.
Kelompok Negrito bernasib serupa dengan Veddoid, masih bertahan di Kepulauan Nusantara bagian barat dan Semenanjung Malaysia, membentuk sekelompok kecil komunitas pemburu dan pencari ikan.
Kelompok Papua-Melanesia atau disebut juga Austro-Melanesia, saat ini di era Indonesia modern menjadi kelompok dominan di wilayah timur Indonesia.
Itulah sekilas sejarah asal muasal penduduk Asia Tenggara umumnya dan Indonesia khususnya, yang sejak 4500 tahun lalu bermigrasi dari negeri asalnya nun jauh di China bagian selatan.
"Penduduk Asli Bumi"
Jika menelusur ulang sejarah Asia Tenggara dan Indonesia tersebut, sesungguhnya mereka yang disebut sebagai bangsa pribumi, ternyata adalah bangsa pendatang juga. Bahkan boleh dikata, kelompok Veddoid, Negrito, dan Papua-Melanesia, yang telah mendiami Nusantara sebelum kelompok Austronesia datang, adalah warga pendatang.  Hal ini disandarkan pada silsilah manusia dari Adam dan Hawa, yang konon awal turunnya Adam dan Hawa ke bumi adalah di sebuah tempat di Srilangka.  Semua manusia adalah anak cucu Adam, dan sebagian dari mereka kemudian mencapai daratan Asia Tenggara dan Nusantara dan berdiam di tempat tersebut.
Kesadaran bahwa manusia adalah anak cucu Adam, dari bangsa atau suku apapun dan tinggal di manapun, menjadi kesadaran fundamental yang seharusnya dimiliki untuk membangun kedekatan dan kebersamaan. Istilah "penduduk asli" akan lebih tepat jika dimaknai sebagai "penduduk asli bumi". 
Tuhan menciptakan bumi untuk manusia dengan segala amanah yang harus ditunaikan oleh manusia terhadap bumi. Selain amanah menjaga kelestarian bumi, amanah utama tentu saja membangun kemakmuran bersama di bumi untuk semua manusia. Kemakmuran dan kesejahteraan hakiki adalah jika dirasakan oleh semua penduduk bumi. 
Menjadi keliru jika kemakmuran dan kesejahteraan itu hanya terbatas untuk dinikmati kelompok tertentu dengan mengabaikan kelompok lain, bahkan berusaha agar kelompok lain selalu dalam kondisi kekurangan dan keterbelakangan. Yang dimaksud kelompok di sini bahkan mencakup lingkup yang luas bangsa dan negara atau yang lebih luas dari itu.
Kesadaran sebagai "penduduk asli bumi" harus dibarengi dengan kesadaran untuk membuat semua "penduduk asli bumi" tersebut mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bersama. 
Keberadaan sebagai "penduduk asli bumi" menjadi dasar bahwa seseorang memiliki hak untuk berdiam dan mengelola bagian bumi manapun, sedangkan konsep "kemakmuran bersama seluruh bumi" adalah kesadaran akan kewajiban berbagi untuk sesama dan merupakan amanah dari Tuhan.
Apakah dengan demikian dalam konteks negara-negara bangsa saat ini urusan dalam negeri negara-negara dianggap tidak ada lagi? Tentu saja tidak demikian memahaminya. Di zaman modern ini telah ada kesepakatan tentang batas-betas kedaulatan negara, maka atas kedaulatan tersebut harus saling harga-menghargai. 
Tinggal ditambah dengan pemahaman bahwa Bangsa Bumi adalah satu bangsa, yaitu Bangsa Manusia, yang salah satu misi bersamanya adalah mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bumi secara bersama-sama pula.
Sebagai contoh, melimpahnya sumberdaya alam hakekatnya adalah  anugerah Tuhan bagi seluruh manusia dan makhluk di bumi. Demikian pula Sumber Daya Manusia serta kemajuan peradaban, budaya, dan teknologi, hakekatnya adalah anugerah Tuhan bagi selueuh manusia dan makhluk di bumi. 
Antara kedua penerima anugerah tersebut sudah seharusnya saling memberi secara adil dan saling berusaha memakmurkan dan mensejahterakan orang lain untuk mecapai kemajuan bersama, bukan dengan saling merugikan orang lain. Indah sekali bumi ini jika sikap selalu berbagi menjadi sikap yang diutamakan.
Namun realita yang terjadi tidak demikian, keinginan untuk memperkaya diri, anak turun, dan teman, lebih menguasai dan kemudian tidak peduli dengan nasib orang lain. Barangkali itulah mengapa terjadi carut marut dunia saat ini. 
Sudah seharusnya semua manusia kembali kepada misi utama manusia di bumi untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bersama-sama seluruh bumi.

1. Pendatang pertama Nusantara, Melanisia
Menurut teori sejarah, yang pertama datang dan tinggal di tanah nusantara sebenarnya adalah homo erectus yang datang sekitar 1,5 hingga 1,7 juta tahun yang lalu. Namun kelompok-kelompok mereka akhirnya punah kira-kira pada 100 ribu tahun yang lalu. Selanjutnya, barulah homo sapiens atau manusia modern memasuki nusantara.

Area Melanisia
Manusia modern berasal dari Afrika secara besar-besaran melakukan migrasi dalam dua gelombang. Gelombang pertama melakukan perjalanan dari Afrika ke selat kecil yang memisahkan Ethiopia dan Yemen, kemudian terus ke India bagian selatan, Paparan Sunda, hingga ke Paparan Sahul (Papua, Australia). Saat itu dataran di nusantara masih menyatu sehingga kelompok ini melakukan perjalanan dengan berjalan kaki.
Manusia pertama yang datang ke nusantara ini memiliki ciri-ciri Melanosoid atau golongan etnis Negrito, yaitu seperti orang Papua dan Aborigin. Para manusia ini menempati nusantara hingga zaman es berakhir dan es mencair menjadi lautan yang memisahkan pulau dan terbentuklah Indonesia seperti sekarang ini. Suku-suku dengan etnis Negrito yang ada di Indonesia ini antara lain Suku Dani, Bauzi, Asmat, dan Amungme.

Suku Dani
Jadi, jika ditanya siapakah orang ‘pribumi’ pertama yang menempati Nusantara, maka ya jawabannya adalah orang-orang Melanisia ini. Bahkan diduga kuat merekalah penyebab hilangnya Homo erectus di Paparan Sunda. Lalu, alasan mengapa mereka cuma ada di pedalaman Papua dan pulau-pulau kecil di sekitarnya adalah karena datangnya rombongan manusia modern gelombang berikutnya secara besar-besaran dengan perahu yang cukup canggih di zamannya. Makanya orang Melanisia ini tidak ada di wilayah Indonesia bagian barat.

2. Gelombang Kedatangan Kedua (Melayu-Austronesia)
Gelombang kedua manusia modern yang datang ke Indonesia adalah rumpun Melayu dan Austronesia. Rumpun ini mencakup suku Melayu, Formosan, serta Polynesia. Rumpun ini memiliki ciri-ciri wajah bulat, hidung lebar, rambut hitam tebal sedikit bergelombang dan kulit kecoklatan.


Fitur wajah Austronesia

Kelompok Austronesia ini memiliki teknologi maritim yang lebih canggih untuk masa itu yaitu menggunakan kano bercadik. Mereka juga sudah memiliki teknologi irigasi yang lebih maju seperti sistem sengkedan atau terasering. Dengan kemampuan yang lebih maju, maka wajar jika rumpun Melayu Austronesia ini akhirnya mampu menjelajah dan menguasai wilayah Nusantara.
Rumpun Melayu yang masuk ke Nusantara terbagi menjadi dua yaitu Proto Melayu dan Deutero Melayu. Proto Melayu adalah mereka yang sudah berhasil menciptakan masyarakat yang stabil sehingga tidak lagi melakukan mobilisasi penduduk. Karena itu, mereka menetap di tempat terpencil dan jauh dari golongan lain sehingga sangat kecil kemungkinan terjadi percampuran gen. Golongan Proto Melayu ini misalnya adalah suku Nias dan Dayak.

Suku Dayak

Selanjutnya Deutero Melayu masih perlu berpindah-pindah tempat dan berinteraksi dengan kelompok lain di sekitarnya karena alasan tertentu seperti kondisi geografis, iklim, bencana, dan sebagainya. Akibatnya, kemungkinan percampuran budaya, bahasa dan gen juga menjadi lebih tinggi. Suku-suku yang termasuk Deutero Melayu antara lain adalah Minangkabau, Jawa, Banjar, Bugis, Makassar, Bali, Lombok, Batak, Aceh Madura, Minahasa, dan puluhan suku-suku lainnya.
Dalam masa peralihan melanesia ke Austronesia hingga zaman manusia mengenal tulisan, jejak kebudayaan maupun ciri fisik masyarakat Melanesia sudah tidak ada lagi di pulau-pulau bagian barat Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, maupun Lombok. Sementara di wilayah Indonesia Timur, masih terekam gen Melanesia yang sudah bercampur dengan rumpun Austronesia. Sedangkan suku Melanesia yang masih asli adalah mereka yang menetap tanpa gangguan di pedalaman Papua dan masih setia dengan kehidupan dan kebijaksanaan lokal seperti berburu binatang, berkebun dalam skala kecil, serta hidup dalam masyarakat kesukuan.

3. Kedatangan Sino-Tibetan, Dravida, dan Semit
Seribu tahun setelah kedatangan etnis Melayu, peradaban Austronesia juga berkembang pesat dan melakukan interaksi dengan pedagang dari kebudayaan lainnya termasuk Dong Son dari Vietnam. Interaksi perdagangan terus berkembang di awal abad Masehi sehingga masuklah peradaban Dravida, Sino-Tibet, dan Semit.

Fitur wajah Sino Tibetan

Pada era modern, Dravida adalah mereka yang kita kenal dengan India, Sino-Tibet adalah yang kita kenal dengan Tionghoa, dan Semit adalah yang berasal dari Asia Tengah seperti Arab dan Yahudi. Bangsa Dravida memulai perjalanan ke Nusantara pada abad 1 Masehi, Sino-Tibetan pada awal abad 3 Masehi setelah dinasti Han runtuh, dan Semit mulai masuk ke Sumatera pada abad 7 Masehi.
  

Fitur wajah Dravida

Kedatangan bangsa Sino-Tibetan ke nusantara ditandai dengan datangnya biksu Fa Hsien pada awal abad 5 Masehi dan I Tsing pada 8 Masehi. Gelombang kedatangan pertama cukup besar datang pada masa pemerintahan Majapahit ketika Wikramawardhana memperbolehkan semua orang dari berbagai agama maupun ras untuk berdagang dan menyebarkan agama di Majapahit.
Etnis Dravida datang secara bertahap seiring dengan semakin berkembangnya perdagangan di Nusantara. Pengaruh budaya Dravida (India) ini juga terlihat jelas dengan corak kerajaan Hindu di awal abad masehi. Sementara itu, etnis Semit datang pertama kali pada abad 7 Masehi untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam. Sama dengan Dravida dan Sino-Tibet, penduduk etnis Semit juga banyak yang memiliki menetap dan membaur dengan masyarakat lokal sehingga menambah keberagaman nusantara.

Fitur wajah Semit

Nah, bangsa-bangsa ini tidak hanya datang ke Nusantara untuk berdagang, tapi juga memiliki peran sosial sebagai rohaniwan. Bahkan tidak jarang yang memutuskan untuk menetap dan menikah dengan orang lokal. Jadi, sejak abad pertama Masehi, Nusantara bukanlah ekslusif milik bangsa Austronesia atau Melanesia saja. Sehingga kalau ditanya soal siapakah penduduk ‘pribumi’ Nusantara, tentu cukup sulit menjawabnya. Karena yang pertama ada di bumi Nusantara justru homo erectus.
Jika definisi pribumi merujuk pada manusia modern pertama yang datang ke Nusantara, maka jawabannya adalah rumpun Melanesia atau yang sekarang merupakan suku-suku di Papua. Jadi, pada hakikatnya nenek moyang semua manusia yang ada di Indonesia itu adalah pendatang. Bumi Indonesia dulunya adalah tanah tak bertuan sampai para pendatang mengklaim tanah tersebut milik mereka dan melewati kekuasaan para penjajah hingga kini bisa menjadi negara Indonesia yang multikultur. Jadi, tidak tepat rasanya jika sampai sekarang kita masih saja membeda-bedakan satu sama lain berdasarkan ras atau etnis mereka.


                                    Salsabila Tri Gumelar/ 2IB02/ 16418497

Senin, 23 Maret 2020


TUGAS SOFTSKILL : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN# NO.1
Asal Usul Nama Indonesia
Banyak dari bangsa-bangsa Eropa yang awam dengan benua Asia. Dan biasanya, selalu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok.
Menurut mereka daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah Hindia. Semenanjung Asia Selatan mereka sebut “Hindia Muka”. Dan dataran Asia Tenggara dinamakan “Hindia Belakang”. Sedangkan kepulauan Tanah Air kita memperoleh nama kepulauan Hindia (Indische Archipel, Indian Archipelago, Archipel Indian). Pada zaman Belanda nama resminya adalah Nederlandch Indie (Hindia Belanda).
Nama Hindia asal mulanya buatan Herodotus. Seorang ahli ilmu sejarah berkebangsaan Yunani (484-525SM) yang dikenal sebagai bapak ilmu sejarah. Adapun nama Hindia ini baru digunakan untuk kepulauan ini oleh Polemeus (100-178), seorang ahli ilmu bumi terkenal. Dan nama Hindia ini menjadi terkenal sesudah bangsa Portugis dibawah pimpinan: Vasco da Gama, mendapati kepulauan ini dengan menyusuri sungai Indus.
Kemudian pada tahun 1847 terbitlah sebuah majalah tahunan di Singapura dengan nama  JOURNAL OF INDIAN ARCHIPELAGO AND EASTERN ASIA (JIAEA). Dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869) seorang lulusan sarjana Edinburg (Inggris). Tahun 1849 George Samuel Windsor Earl (1813-1865) yang berasal dari Inggris pun menggabungkan diri sebagai redaksi Majalah JIAEA.
Dalam artikelnya Earl di majalah JIAEA volume 4 tahun 1850 menyatakan pendapatnya bahwa sudah tiba waktunya untuk rakyat di kepulauan melayu memiliki nama khusus (a distinctive name). Sebab nama Hindia tidaklah cocok dan sering mengundang kebingungan dengan sebutan India yang lain.
Dalam judul artikelnya “Embracing Enquiries Into The Continental Relations of the Indo-pacific Islanders”, Earl menamakan penduduk India Belanda bagian barat yang berasal dari Proto-Melayu (melayu tua) dan Neutero-Melayu (melayu muda) sebagai INDUNESIANS. Earl memilih nama untuk wilayah kepulauan Negara kita dengan sebutan MELAYUNESIA (kepulauan melayu) daripada INDUNESIANS. Sebab MELAYUNESIANS sangat tepat untuk ras Melayu, apalagi bahasa melayu banyak digunakan diseluruh kepulauan Negara kita.
James Richardson Logan tidak sependapat dengan Windson Earl, beliau menulis artikelnya dalam majalah JIAEA volume 4 hal 252-347 dengan judul “THE ETHNOLOGY OF THE INDIAN ARCHIPELAGO”. Dia membahas tentang nama bagi kepulauan Negara kita yang oleh Belanda dan bangsa Eropa disebut “Indian Archipelago”. Menurut Logan sangat panjang dan membingungkan.
Melalui tulisan Logan tersebut untuk pertama kalinya dalam sejarah nama Indonesia muncul didunia Internasional.
“Mr. Earl Sugests the Ethnographical term Indonesia, but rejects in favaour of Malayunesian, I prefer the purely geographical term Indonesian, which is merely a shorter synonym for the Indian Island or the Indian Archipelago”.
Selanjutnya, Logan secara aktif dalam setiap karya-karya tulisannya selalu memakai nama Indonesia. Sehingga banyak dari kalangan ilmuwan bidang Ethnology dan Geografi yang mengikuti pendapat Logan menyebut “Indonesia” pada kepulauan kita.
Sejarah nama Indonesia dipungut Logan dari apa yang dibuang Earl. Huruf U (INDUNESIA) digantinya dengan huruf O agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah sebutan INDONESIA sampai sekarang. Earl sendiri tidak suka memakai istilah “INDONESIA”. Alasannya INDUNESIA (kepulauan Indonesia) bisa juga digunakan untuk wilayah Ceylon (Srilanka) dan Maldevies (Maladewa). Earl mengajukan dua pilihan nama Indonesia atau Melayunesia. Itu terlihat pada artikel Earl halaman 71, tertulis “…..the in habitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago Would become respectively Indonesia or Malayunesians”. Pada majalah JIAEA volume 4 tahun 1850. Judul artikelnya “On the leading characteristict of the Papuan, Australian and malay-polynesian nations”
Sejarah nama Indonesia kemudian dipopulerkan seorang guru besar bidang ethnology universitas berlin yaitu Adolf Bastian. Dia mempopulerkan nama “Indonesia” dengan menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Indonesia Ordeer Die Inseln Des Malaysichien Archipel” sebanyak lima volume. Isi dari buku-buku tersebut membahas penelitiannya ketika pengembaraannya ke Tanah Air kita, pada tahun 1864-1880.
Melalui buku Bastian tersebut sejarah nama Indonesia semakin populer dikalangan sarjana. Hingga pernah muncul suatu pendapat bahwa Adolf Bastian adalah pencipta nama Indonesia. Pendapat yang keliru tersebut tercantum dalam “Encyclopedie Van Nederland-Indie”, tahun 1918.
Bahkan sejarah nama Indonesia versi ini, dimasukkan dalam buku sejarah kebangsaan jilid I untuk SLTP dan yang sederajat, penerbit Asia Afrika tahun 1969.
Selain Adolf Bastian prof. Sejarah nama Indonesia juga dipopulerkan oleh Van Vollen Hoven (1917). Nama “Indonesia” sebagai ganti Indisch (India) begitu juga istilah Inlander (pribumi) diganti sebutan “Indonesier” (orang Indonesia).
Sejak tahun 1850-1884 nama Indonesia telah dikenal dalam ilmu pengetahuan Indonesia. Sejarah nama Indonesia yang semula adalah istilah ilmiah dalam ethnology, kemudian diambil oleh para pemimpin pergerakan nasional. Sehingga istilah Indonesia berubah menjadi makna politis.
Karena istilah Indonesia menjadi makna politis sebagai wujud identitas suatu bangsa yang telah bangkit dari cengkraman kolonialisme belanda yang mencapai kemerdekaannya, maka pemerintahan kolonialisme belanda selalu menaruh curiga dan mewaspadai istilah “Indonesia” itu.
Orang Indonesia yang pertama kali menggunakan nama “Indonesia” adalah Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) pada waktu dia di buang di negeri Belanda tahun 1913. Ketika di negeri Belanda, Ki Hajar mendirikan sebuah biro pers dengan nama “INDONESISCHE PERS_BUREAU”. Sehingga di Rotterdam (Belanda) nama Indonesia semakin populer digunakan oleh kalangan para mahasiswa dan para ilmuwan.
Seorang mahasiswa sekolah tinggi ekonomi (Handels hooge school), yang bernama Moch. Hatta mengusulkan agar organisasinya para mahasiswa Hindia Belanda yang belajar di negeri Belanda untuk diubah. Semula bernama INDISCHE VEREENIGING yang didirikan pada tahun 1908, menjadi INDONESISCHE VEREENIGING (perhimpunan Indonesia).
Begitu pula majalahnya mahasiswa Hindia Belanda semula bernama “HINDIA POETRA” diganti dengan nama “INDONESIA MERDEKA”.
Alasan Moch. Hatta berinisiatif mengganti nama organisasi dan majalah dengan istilah Indonesia termuat dalam majalah Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan; “……bahwa Indonesia merdeka yang akan datang mustahil disebut Hindia Belanda juga tidak Hindia saja. Sebab dapat menumbuhkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik karena melambangkan dan mencita-citakan suatu Tanah Air di masa depan, dan untuk mewujudkanya tiap orang Indonesia akan beusaha dengan segala tenaga dan kemampunya di dalam negeri.”
Di dalam negeri berbagai organisasi pun muncul dengan sebutan Indonesia. Tercatat tiga organisasi yang pertama kali menamakan organisasinya dengan memakai sebutan “INDONESIA” .
1.      Organisasi Indonesische Studie Club tahun 1924 didirikan oleh Dr. Soetomo
2.      Organisasi Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1924
3.      Organisasi INDONESISCHE PANVINDERIJ (NATIPIJ) tahun 1924, Organisasi kepanduan Nasional yang didirikan oleh Jong Islami Ten Bond.
Penetapan Nama Indonesia
Sebutan INDONESIA semakin populer di dalam negeri dalam berbagai gerakan-gerakan yang dipimpin oleh tokoh-tokoh Nasional. Setelah nama “INDONESIA” dinobatkan sebagai nama Tanah Air, Bangsa dan Bahasa pada “kerapatan Pemoeda-Pemoeda Indonesia” pada tanggal 28 Oktober 1928 yang kemudian disebut “SOEMPAH PEMOEDA”.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; Parlemen Hindia Belanda) Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjodjo, dan Sutardjo Karto Hadi Kusumo, mengajukan mosi kepada pemerintah Hindia Belanda agar nama “Indonesia” diresmikan sebagai pengganti nama “NEDERLANDSCH-INDIE” (Hindia Belanda). Tetapi Belanda menolak mosi ini.
Segala usaha terus dilakukan untuk mengganti didalam perundang-undangan sebutan “NEDERLANDSCH-INDIE” dengan INDONESIA; dan INBOORLING, INLANDER, INHEEIMSCHE dengan INDONESIER tetapi selalu mengalami kegagalan, dimana pihak koloni Belanda selalu mendasarkan keberatannya atas dasar pertimbangan “Juridis”. Nama Indonesiers hanya boleh dipakai secara resmi dalam surat menyurat saja (Surat Edaran 10 Oktober 1940).
Sebutan “Hindia Belanda” lenyap ketika bala tentara Jepang menduduki Tanah Air Kita pada tanggal 8 Maret 1942 dan berganti sebutan “TO-INDO” (India Timur). Tidak lama bala tentara Jepang menduduki Tanah Air kita, tentara sekutu menghancurkan kekuasaan Jepang. Lalu pada tanggal 17 agustus 1945 muncul lebih kuat dengan dicantumkannya dalam proklamasi bangsa Indonesia, dan pada tanggal 18 Agustus 1945, berdirilah Negara Republik Indonesia.
                                         Salsabila Tri Gumelar / 2IB02/ 16418497

Review Jurnal (Penerapan Multimedia di bidang Teknik Elektro)

"Penerapan Semi-Immersion Virtual Reality Untuk Simulasi Instalasi Transmisi Listrik" Penulis: Muhammad Fadli Prathama, Andi Dahro...